Memahami Eksitasi Pain Rate Genetik Manusia

Memahami Eksitasi Pain Rate

Memahami Eksitasi Pain Rate diantara 5 genetik manusia, Feeling dan Sensing memiliki ‘pain rate’ lebih tinggi. Pavlov menyebut ada sebagian orang yang memiliki daya eksitasi lebih tinggi dari yang lain. Dalam konsep STIFIn genetik F dan S yang memiliki tingkat eksitasi yang lebih tinggi. Sementara Thinking dan Intuiting tingkat eksitasinya rendah. Jika eksitasi tinggi maka otomatis ‘pain rate’ ikut tinggi. Wajar jika orang F dan S kalau disuntik dokter akan berteriak lebih keras dibanding genetik lainnya. Dan wajar juga jika orang T dan I walau dipijat sekeras apapun malah bisa tidur karena ‘pain rate’-nya rendah.

Berarti F dan S harus lebih banyak beramal shaleh karena kalau mereka masuk neraka akan merasakan sensasi siksaan terasa lebih sakit. Karena letak rasa sakit itu ada pada syaraf-syarat yang berkumpul di kulit. Padahal di akhirat tidak diberi kesempatan untuk pingsan.

Pingsan adalah nikmat yang diberikan di dunia. Jika terpapar rasa sakit akan ada batas atas yang kemudian jika melewati batas atas otomatis pingsan. Di akhirat batas atas itu dibuka, pingsan tidak berlaku. Jadi kalau sakit akan terasa sakit pol-polan.

Baca juga : Wanita karir di Indonesia

Eksitasi Suami Istri

Memahami eksitasi ini juga sangat bermanfaat dalam keindahan pasutri.

  • Suami harus bekerja lebih keras jika punya istri T dan I. Dalam proses percintaan mereka tidak cukup mengandalkan sensasi dari sentuhan kulit, namun juga perlu dirangsang dari hulunya.
  • Istri I diajak bercinta beraroma tematik tertentu. Sedang istri T mesti berhasil dipadamkan logikanya untuk dibawa menuju romantisme yang non logik. Kalau tidak dimatikan logikanya, apa-apa semua dipikirkan untung ruginya.

Pemanfaatan eksitasi dan ‘pain rate’ ini akan terasa juga dalam praktik parenting terhadap anak-anak kita. F dan S akan memerlukan dorongan motivasi dari luar dibanding T dan I. Juga model penggemblengan ala ‘stick and carrot‘ akan lebih efektif pada anak-anak F dan S jika dipajangkan rotan di tengah-tengah ruang keluarga.

Baca Juga : Hormon Cinta Menjadikan Manusia Tidak Asosial

Pada genetik Insting karena tidak mengalami eksitasi, maka proses eksitasinya terjadi sebatas golongan darahnya ■ 220518

Farid Poniman
Penemu STIFIn

Frasa “wortel dan tongkat” stick and carrot adalah metafora untuk penggunaan kombinasi hadiah dan hukuman untuk mendorong/memotivasi seseorang untuk melakukan sesuai yang diinginkan. Melakukan Penggemblengan dengan cara hukuman dan imbalan.

 

Leave a Reply