STIFIn Brain Official
Cabang STIFIn No. 2 Terbaik
STIFIn Brain Official
Cabang STIFIn No. 2 Terbaik
Manusia adalah makhluk sosial, karena hormon cinta menjadikan manusia tidak asosial. Bukan hanya memerlukan orang lain cukup satu orang, tapi juga orang-orang lain yang lebih banyak. Makin banyak keberadaannya memberi manfaat kepada orang lain makin sosial dia.
Yang menarik bahwa memberi dengan rasa personal akan berbeda dengan memberi yang impersonal. Pemberian impersonal tidak melibatkan emosi seperti rasa sayang dan cinta. Berbagi dijalankan lebih karena agama atau lingkungan mengajarkan bahwa berbagi itu baik.
Sehingga bisa jadi kebaikannya banyak tapi kebaikan yang impersonal. Mesti difahami bahwa kebaikan kuantitatif seperti ini akan kalah dengan kebaikan kualitatif yang melibatkan emosi cinta dan sayang.
Baca Juga : Mengapa harus bercerai, jika belum saling mengenal
Seorang suami bisa jadi telah berbuat banyak kepada umat dan orang lain, tapi adakah dia punya rasa cinta dan sayang kepada istri dan anak-anaknya. Seorang ibu akan tiada habisnya berbagi kepada anak-anaknya karena rasa sayangnya yang tidak terhingga. Untuk jenis kebaikan kualitatif seperti ini memerlukan hormon cinta. Tidak cukup dengan pemahaman yang baik tentang giving.
Hormon cinta bekerja lebih transformasional. Tidak transaksional. Diberikan tanpa berpamrih. Tanpa syarat. Ia mengalir menjadi kekayaan hati.
Bisa jadi seseorang terlihat banyak kebaikannya, namun sesungguhnya bukan buat orang lain melainkan buat dirinya. Ini kebaikan transaksional. Dia akan marah jika tidak berbalas. Hormon cintanya sedikit. Pada saat yang sama dia memerlukan hormon cinta dari orang lain banyak.
Inilah yang menimbulkan konflik pasangan. Memberi dan meminta dalam takaran personal menjadi tidak setara. Hal yang paling banyak menjadi pemicu perceraian. Inilah sesungguhnya yang disebut sebagai asosial.
Baca Juga : Tanda rumah tangga berkah dan neraka
Dalih rumus-rumus kebaikan dan dalih agama hanya dijadikan sebagai tameng untuk menagih sesuai kepentingannya –sadar atau tidak sadar– padahal sebetulnya ia tidak cukup punya stok hormon cinta untuk dibagi. Ia tidak akan bisa menjadi Dilan, “jangan rindu, itu berat….kamu gak akan kuat, biar aku saja” seperti percintaan jaman dulu. Kid jaman now menebar kata cinta tanpa hormon cinta. Lebih banyak syahwat. Krisis hormon. Inilah zaman now, kurangnya hormon cinta menjadikan manusia yang terus memproduksi manusia-manusia asosial.
Farid Poniman
Penemu STIFIn