STIFIn Brain Official
Cabang STIFIn No. 2 Terbaik
STIFIn Brain Official
Cabang STIFIn No. 2 Terbaik
Untuk menjawab ini kita bisa simak tulisan dengan judul Menentukan Bakat Dan Kemampuan Melalui Sidik Jari / Fingerprint Test yang di tulis oleh KH Jeje Zaenudin (Wakil Ketua Umum PP Persis) pada 17 Februari 2018 di laman web persis.co.id
————————————-
Pada zaman belakangan ini banyak negara menggunakan Jasa Tes Sidik Jari sebagai cara mengetahui potensi diri seseorang untuk kepentingan dunia pendidikan, seleksi karyawan, penyaluran bakat atau keahlian, dan lain sebagainya. Hal yang sama juga sudah mulai berkembang pesat di Indonesia.
Sejauh pengetahuan penulis, sampai saat ini belum ada lembaga penelitian ataupun lembaga fatwa di Indonesia yang telah mengumumkan fatwa mengenai hukum penggunaan Fingerprint Tes sebagai uji potensi diri. Oleh sebab itu, dapat dikatakan Dewan Hisbah merupakan lembaga fatwa pertama yang melakukan pembahasan hukum dalam masalah ini.
Sejak ribuan tahun yang lampau, ilmuwan telah mencoba menyingkap sifat, bakat, dan kemampuan seseorang melalui berbagai pendekatan. Pada zaman primitif, dimana alam fikiran manusia lebih didominasi oleh mitologi, manusia mencoba menyingkap tabir rahasia dirinya melalui pendekatan “ramalan” yang menghubungkan tanda-tanda tertentu pada alam dengan sifat, bakat dan nasib manusia. Tanda-tanda alam yang meliputi posisi-posisi bintang tertentu, tanggal, hari, dan bulan kelahiran diyakini menentukan nasib seseorang. Demikian juga tanda-tanda khusus dalam tubuh manusia seperti garis telapak tangan, bentuk mata, bentuk raut wajah, dan sebagainya.
Sekitar 3000 tahun sebelum Masehi, Kaisar Cina sudah menggunakan cap jempolnya untuk menyetempel berbagai dokumen. Demikian juga para Kaisar Romawi menggunakan metode cap jari untuk mengidentifikasi para pelaku kejahatan.
Pada abad Modern, para Ilmuwan berhasil menciptakan alat untuk memotret dan mencetak guratan-guratan yang terdapat bukan hanya pada telapak tangan tapi juga ujung-ujung jari tangan yang sangat halus (fingerprint).
Pertama-tama alat itu hanya digunakan sebagai alat identifikasi jati diri seseorang, terutama untuk menyelidiki pelaku kejahatan, karena setiap orang terbukti beda sidik jarinya. Belakangan, dengan kemajuan teknologi dibidang identifikasi bentuk atau rumus dari gambar sidik jari tidak hanya dijadikan alat identifikasi jati diri seseorang, melainkan dijadikan sebagai alat penguji untuk mengenal dan menganalisa karakter, bakat dan perilaku seseorang.
Maka muncullah apa yang disebut “Fingerprint Tes” sebagai alat mendeteksi dan menganalisa minat serta bakat seseorang.
Fingerprint Tes secara harfiah dapat diartikan Tes Sidik Jari yaitu sebuah metode untuk mengenali karakter, bakat dan kemampuan seseorang dengan menganalisa hasil pemotoan terhadap bentuk dan pola sidik jari seseorang.
Tes bakat melalui sidik jari merupakan pengembangan modern dari Ilmu Daktiloskopi, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu dactylos yang artinya jari jemari atau garis jemari dan scopein yang artinya mengamati. Sejak sekitar tigaratus tahun yang lalu, para ilmuwan mengembangkan penyelidikan tentang sidik jari dan proses pembentukannya pada diri seseorang. Sehingga lahirlah cabang ilmu Biologi yang disebut Dermatoglyphic (dari bahasa Yunani, derma berarti kulit dan glyph yaitu ukiran).
Hasil penelitian mereka telah dibuktikan di bidang antropologi dan kesehatan.
Menurut para peneliti, garis-garis sidik jari manusia (fingerprint) berkembang pada masa bayi berusia 13 sampai 19 minggu dalam kandungan. Para ilmuwan sidik jari juga menemukan bukti bahwa sidik jari itu bersifat permanen, tidak berubah seumur hidup, dan tiap orang mempunyai bentuk atau pola sidik jari yang berbeda.
Jadi sekiranya di dunia saat ini ada 7 Milyar manusia, maka sidik jari mereka berbeda-beda. Kalaupun ada kemiripan, menurut para ahli itu perbandingannya satu kemiripan dari enam koma empat Milyar. Pola sidik jari di setiap tangan seseorang juga akan berbeda-beda. Pola sidik jari di ibu jari akan berbeda dengan pola sidik jari di telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking.
Lebih jauh lagi, para peneliti menemukan fakta bahwa garis-garis dalam kulit, jari-jari tangan dan kaki, memiliki hubungan yang bersifat ilmiah dengan kode genetik dari sel otak dan potensi intelegensi seseorang atau yang sering disebut sebagai “mesin kecerdasan seseorang”.
Maka penyelidikan lanjutannya, sidik jari dapat pula dijadikan panduan mengidentifikasi bagaimana potensi seseorang. Artinya secara ilmiyah kita bisa mengetahui bakat atau potensi kita sehingga kita bisa mengakomodasikan potensi kita untuk jenis pendidikan, keahlian, dan pekerjaan apa yang paling cocok dengan bakat kita tersebut.
Cara identifikasi bisa dilakukan secara kasat mata dengan orang yang pakar di bidangnya, atau ada juga yang menggunakan sebuah alat khusus pembaca sidik jari (fingerprint reader) yang dihubungkan ke sebuah komputer bersoftware khusus yang kemudian menganalisa berdasarkan titik-titik yang menjadi acuan. Adapun yang bisa diidentifikasi adalah mengenai pengendalian logika seseorang, reflek serta perkembangan otak.
Mengenai bentuk fingerprint atau pola sidik jari yang terdiri dari tiga jenis di atas memiliki ciri-ciri yang khas yaitu:
Untuk memeriksa kecerdasan Anda lewat sidik jari, awalnya telapak tangan di foto dengan sebuah kamera yang terhubung pada layar monitor. Selanjutnya, kesepuluh jari di scan pada sebuah alat menyerupai bentuk mouse komputer. Caranya cukup dengan meletakkan masing-masing ujung jari secara bergantian. Saat itulah, kesepuluh sidik jari Anda telah terekam dalam seperangkat komputer. Kemudian, seorang fingerprint tes analis akan menganalisisnya.
Saat hasil lengkap rekam sidik jari diberikan kepada pasien, tim ahli fingerprint tes siap memaparkan artinya. Untuk informasi,
Mengkaji Fingerprint Tes atau Tes Sidik Jari menurut Islam dirasa masih sulit.
Oleh sebab itu perlu ditetapkan dulu identifikasi masalah yang akan dikaji dari Fingerprint Tes ini. Apakah ia masuk wilayah aqidah, fikih ibadah, masalah muamalah, atau masalah ‘adiyah (adat istiadat)?
Penulis berpendapat bahwa masalah ini dapat ditinjau dari dua aspek, aspek ‘aqadiyah (berkaitan dengan aqidah) dan aspek muamalah-ilmiyah.
Apakah fingerprin tes meramalkan perkara ghaib yang di haramkan dalam Islam ?
Menurut Shekh Abdurahman bin Nashir bin Barak (Syarah Kitab Thahawiyah I : 170), perkara ghaib ada dua macam, ghaib mutlak dan ghaib nisbi.
Seperti ghaibnya virus, bakteri dan mikroba pada kaum primitif sehingga kalau terserang penyakit menyangkanya diganggu hantu. Zaman sekarang teknologi bisa memotret berbagai virus dan bakteri dengan alat pembesar yang berjuta-juta kali lipat.
Demikian juga tentang susunan otak dalam kepala manusia dan cara kerjanya, dahulu adalah perkara ghaib, sekarang dengan teklonogi canggih, struktur otak dan cara kerjanya telah tersingkap sedikit demi sedikit.
Untuk mengetahui keterkaitan serta pengaruh pola dan sidik jari dengan mesin kecerdasan pada sistem otak seseorang. Maka melalui penelitian serta percobaan yang beratus-ratus tahun para ilmuwan sampai pada kesimpulan bahwa rahasia bakat seseorang dapat diketahui melalui gambar sidik jarinya. Dengan demikian, potensi bakat seseorang dapat dikatagorikan sebagai “ghaib nisbi” karena ternyata dapat diteliti dan dikaji secara normal dan ilmiah.
Hal ini tentu sangat berbeda dari cara meramal yang biasa dilakukan pada zaman Jahiliyah. Pada masa Jahiliyah telah berkembang beberapa metode peramalan dan pengundian nasib, sehingga timbul istilah-istilah bagi praktek peramalan tersebut. Seperti
Semua praktek peramalan tersebut diharamkan oleh Islam.
Salah satu ‘illat dari keharaman ramalan nasib adalah karena ia membuat pra duga perkara ghaib tanpa dasar wahyu, padahal perkara ghaib merupakan hak prerogatif Allah, tidak ada satu pun makhluk yang bisa mengetahuinya kecuali manusia-manusia tertentu yang dipilihnya dari para Rasul.
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا . إِلاَّ مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا. [الجن: 26، 27]
(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya (Surat Al-Jinn: 26-27)
{ قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ} [النمل: 65]
Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.
وقال النبي صلى الله عليه وسلم : من اقتبس شعبة من النجوم فقد اقتبس شعبة من السحر زاد ما زاد : ( صحيح ) رواه أحمد ( 1 / 227 ، 311 ) ، وأبو داود ( 3905 ) ، وابن ماجه ( 3726 ) ، والبيهقي ( 8 / 138 ) وقد سكت عنه الإمام أبو داود وصححه الألباني ، وقال الشيخ أحمد شاكر : إسناده صحيح
Nabi bersabda, “Barang siapa yang mempelajari satu bagian dari ilmu nujum berarti telah mempelajari satu cabang dari sihir. Bertambah sesuai tambahannya”.
Imam As Suyuthy (Ad Durul Mantsur, Juz III : 43) meriwayatkan dari Qatadah bahwa beliau berkata,
خلق الله هذه النجوم لثلاث زينة للسماء ، ورجوما للشياطين ، وعلامات يهتدى بها ، فمن تأول فيها غير ذلك فقد أخطأ حظه وأضاع نصيبه وتكلف ما لا علم له به )أورده الإمام السيوطي في كتابه الدر المنثور: 3 / 43 (
Allah menciptakan nujum (bintang-bintang) untuk tiga perkara: sebagai hiasan langit; sebagai pelempar Syetan; dan tanda-tanda untuk dijadikan petunjuk. Barang siapa yang mentakwilkannya selain itu maka sungguh ia telah salah bagiannya (menggunakannya) dan telah merendahkan kedudukannya, dan telah memaksakan diri pada perkara yang ia tidak punya ilmu padanya”.
Ketika mensyarah hadits keharaman mempelajari Ilmu Nujum, Syekh Al Utsaimin (Al Qaulul Mufid ‘Ala Kitab al Tauhid, I : 388) membagi Ilmu Nujum kepada dua katagori:
Dari uraian di atas, terjawablah pertanyaan :
Pertama. Bahwa “meramal” melalui pembacaan hasil tes sidik jari, bukan peramalan nasib, melainkan mencoba mengungkap bakat yang dominan pada diri seseorang.
Oleh karena itu Fingerprint Tes tidak dapat meramalkan apalagi menentukan keberhasilan, kegagalan, kebahagiaan, ataupun kecelakaan seseorang. Kalaupun mau dikatakan sebagai mengungkap perkara ghaib, maka yang diungkap itu adalah ghaib nisbi yang memungkinkan manusia menyelidikinya dengan ilmu.
Selain itu, Tes Bakat dengan sidik jari / fingerprint tes hanyalah pengembangan dari Ilmu tentang sidik jari yang telah mendahuluinya, seperti Tes Sidik Jari untuk mengetahui identitas atau jati diri dan Tes Sidik Jari untuk mengetahui DNA atau hubungan nasab seseorang yang selama ini sudah biasa dipergunakan oleh lembaga kepolisian di dunia.
Masalah Kedua
“Apakah ajaran Islam menerima terhadap adanya penemuan-penemuan baru dibidang Ilmu pengetahuan dan teknologi, ataukah membatasi ilmu pengetahuan dan teknologi hanya kepada apa yang telah disebutkan oleh Al Quran dan Hadits Nabi secara Manthuq?”
Tidak ada keraguan bahwa Islam sangat mendorong umatnya untuk mencintai ilmu dan gemar dalam penelitian. Betapa banyak ayat yang menyuruh kaum muslimin berfikir, merenung, meneliti, sampai suruhan berkelana menyusuri jejak-jejak arkeologis dari umat-umat terdahulu untuk mendapat ilmu dan pelajaran. Al Qur’an sendiri menjanjikan bahwa Allah akan menyingkap rahasia-rahasia alam dan rahasia diri manusia sehingga manusia menjadi yakin akan kebenaran Al-Quran.
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ [فصلت: 53]
Kami akan memperlihat kan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
Di antara bukti kebenaran janji Al-Qur’an itu, Allah telah menyingkap rahasia-demi rahasia yang terdapat dalam alam raya ini dengan ditemukannya berbagai teknologi yang jika ditinjau zaman dulu seakan-akan itu adalah mitos belaka. Secara khusus Al-Qur’an juga memerintah kan manusia memperhatikan diri mereka sendiri, Manusia diciptakan Allah dengan keistimewaan melebihi kebanyakan makhluk lainnya. Baik dalam postur dan struktruk tubuhnya, maupun dalam jiwa dan akal fikirannya. Adalah layak ketika Allah, Sang Penciptanya sendiri menyanjung manusia sebagai makhluk yang dimuliakan-Nya.
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً [الإسراء: 70]
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Kesempurnaan fisik (jasmani) dan psikis (jiwa) manusia bukanlah terjadi kebetulan, melainkan “mahakarya” dari Dzat Pencipta Yang Maha Sempurna. Kalau pada alam raya terpendam sejuta misteri, maka pada diri manusia tersimpan sejuta satu rahasia. Karena itu, ketika Allah memerintahkan manusia memikirkan dan menyelidiki rahasia alam raya, Allah juga mengingatkan pentingnya memikirkan diri sendiri.
وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلاَ تُبْصِرُونَ [الذاريات: 21]
dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
Tafsir Jalalain secara sederhana tapi sangat mengena, mengomentari ayat tersebut dengan ungkapan, “{dan pada diri kalian} terdapat juga tanda-tanda kekuasaan Allah sejak awal penciptaan sampai akhirnya, serta keajaiban-keajaiban dalam susunan penciptaan kalian {tidakkah kalian perhatikan} semua itu menunjukkan akan keagungan dan kekuasaan Penciptanya”.
Salah satunya adalah terungkapnya rahasia yang tersimpan pada fingerprint atau sidik jari manusia, baik pada tangan maupun pada kaki. Sebagaimana akan terlihat pada dua keterangan di bawah ini:
Pertama: firman Allah dalam Surat Al Qiyamah,
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ . بَلَى قَادِرِينَ عَلَى أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَه [القيامة: 3، 4]
Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpul kan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna. (Al-Qiyamah: 3-4)
Dalam kitabnya Lisânul ‘Arab, Ibnu Madhur menyatakan bahwa banânah itu seluruh jari jemari tangan dan kaki. Ketika menyingkap hikmah penyebutan jari jemari secara khusus, penjelasan para mufassir berkisar pada beberapa cakupan pemaknaan:
Dengan ditemukannya fakta ilmiah zaman modern ini, yaitu penemuan tentang pola dan bentuk sidik jari serta keajaiban yang terdapat di dalamnya, tidaklah berlebihan jika kemudian dikembangkan pemaknaan dari ayat di atas, bahwa Allah Mahakuasa menjadikan seluruh ujung jari manusia itu sama, rata, dan sejajar, sebagaimana Dia Maha Kuasa menjadikan pola dan bentuk guratan sidik jari semua manusia sama.
Akan tetapi Allah SWT tidak menjadikannya demikian karena ada hikmah yang besar hendak disimpan dalam perbedaan itu. Dengan perbedaan besar-kecil dan panjang-pendeknya jari-jari ada manfaat besar agar mudah dipakai oleh manusia dalam berbagai pekerjaan seperti memegang sesuatu, makan-minum, mengepal, hingga menulis, demikian juga dengan perbedaan guratan-guratan sidik jari itu ada hikmah perbedaan-perbedaan potensi bakat dan kemampuan manusia.
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhary, Muslim, dan yang lainnya dari Aisyah RA.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ وَهُوَ مَسْرُورٌ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ أَلَمْ تَرَيْ أَنَّ مُجَزِّزًا الْمُدْلِجِيَّ دَخَلَ عَلَيَّ فَرَأَى أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ وَزَيْدًا وَعَلَيْهِمَا قَطِيفَةٌ قَدْ غَطَّيَا رُءُوسَهُمَا وَبَدَتْ أَقْدَامُهُمَا فَقَالَ إِنَّ هَذِهِ الْأَقْدَامَ بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ
Dari Aisyah ra berkata, “Suatu hari Rasulullah masuk ke rumah ku dengan wajah yang ceria. Beliau berkata, “Wahai Aisyah, tahukah kamu bahwa Mujazziz al Mudliji masuk ke rumah ku kemudian ia melihat Usamah bin Zaid dan Zaid (ayahnya) sedang tidur berselimut menutupi kepala keduanya, sedang telapak kaki mereka nampak. Kemudian ia (Mujazziz) berkata, “Sesungguhnya telapak kaki-telapak kaki ini sebagiannya dari yang lainnya”. (Imam Bukhary meriwayatkan dalam Shahihnya Bab Al Qâif dan pada Bab Manaqib Zaid bin Haritsah; Imam Muslim dalam Bab Al ‘Amal biilhaq al Qâif al Walad)
Zaid bin Haritsah dan Usamah bin Zaid menjadi pergunjingan pada masa itu, disebabkan perbedaan keduanya. Menurut Al Marizi, Zaid itu berkulit putih sementara isterinya, Ummu Aiman berkulit hitam, dan Usamah berkulit sangat hitam. Maka banyak orang munafik menyebarkan isu yang meragukan bahwa Usamah adalah anaknya Zaid bin Haritsah. Apalagi masa Jahiliah, kaum budak tidaklah terjamin kejelasan garis darah nasabnya disebabkan terbiasa dipergauli oleh tuannya dan siapa saja yang diizinkan tuannya.
Maka ketika seorang “Qâif”, ahli garis keturunan yang biasa mengamati dan menyelidiki kemiripan seseorang memberi kesaksian bahwa Usamah benar-benar anak genetik dari Zaid, Rasulullah sangat bergembira, sebab dapat membantu memperbaiki citra Zaid dan Usamah di tengah masyarakat saat itu. Pengamat keturunan itu menyelidikinya dari telapak kaki, tentu saja meliputi bentuk pola serta garis-garis khusus yang ada pada kaki tersebut.
Al Imam Ibnul Qayyim dalam Bab Hukmu Rasulillah wa Qadhâuhu bi I’tibâri al Qâfah wa ilhâq al nasab biha, pada jilid ke-5 dari kitabnya Zâdul Ma’ad, telah menguraikan masalah hukum al Qâfah yaitu menetapkan hubungan nasab seseorang kepada bapaknya dengan meneliti tanda-tanda gris-garis kulit pada tangan, kaki, wajah dan sebagainya. Beliau menegaskan bahwa al Qâfah atau al Qiyafah berbeda dengan al Kuhânah (perdukunan/peramalan).
Rasulullah mengharamkan perdukunan dan mengharamkan bertanya kepada mereka. Sementara beliau menyetujui metode al Qâfah. Demikian juga khalifah Umar bin Khathab dan Ali bin Abu Thalib meminta bantuan ahli Qiyafah ketika menghadapi kasus perselisihan tentang nasab seorang anak yang lahir dari seorang wanita yang dicampuri oleh dua laki-laki pada satu waktu suci.
Dua keterangan yang dijadikan contoh di atas, dapat memberi pemahaman kepada kita bahwa Al-Qur’an telah memberi isyarat adanya keistimewaan pada sidik jari manusia. Demikian juga Rasulullah SAW menerima ilmu yang berkembang masa itu dalam hal menetapkan nasab berdasarkan keahlian menganalisa tanda-tanda pada telapak kaki seseorang.
Di dunia modern saat ini telah berkembang berbagai metode dan alat-alat ilmiyah untuk mengidentifikasi jati diri seseorang hingga ke karakter, potensi bakat, minat, dan kemampuannya. Seperti Ilmu Biometrik, Psychometric, Test DNA, dan Fingerprint Test
Islam sebagai agama wahyu yang sejalan dengan fitrah, ilmu pengetahuan, dan bersifat Universal, tentu saja tidak akan mengabaikan kenyataan-kenyataan ilmiyah yang dapat dipergunakan bagi kemaslahatan manusia. Karena itu, prinsip dasar Islam dalam bermuamalah dengan perkembangan ilmu serta teknologi mengacu kepada hadits Nabi, “Apa-apa yang merupakan urusan agama kalian, maka kembalikan kepadaku; dan apa-apa yang menjadi urusan dunia kalian, maka kalian lebih mengetahuinya”. Dengan demikian, setiap perkembangan masalah dunia asalnya adalah boleh, selama tidak menyimpang atau bertentangan dengan apa yang diharamkan agama.
Bahwa Fingerprint Test yang digunakan untuk mengetahui potensi bakat yang dominan pada seseorang sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam mengarahkan pendidikan, minat, keahlian, dan pekerjaan yang dapat ditekuni seseorang seperti yang dijelaskan di atas tidaklah termasuk kepada meramal perkara ghaib yang diharamkan oleh Islam.
Kedudukannya hampir sama bahkan lebih akurat dibanding dengan Psychotest-Psychotest yang telah ada. Hanya perbedaannya pada alat yang digunakan. Fingerprint Test menggunakan alat pembaca sidik jari sedang Psycho Test biasanya berupa pengisian soal atau wawancara.
Bahwa kalau hasil Fingerprint Test itu digunakan untuk dijadikan alat meramal nasib, jodoh, rezeki, karir, dan sebagainya dari perkara ghaib mutlak, maka termasuk pada ramalan syirik yang haram
Bahwa Islam sangat mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditujukan untuk kemaslahatan manusia, serta memuliakan ilmu tersebut dari manapun asalnya ilmu itu datang. Penemuan alat deteksi sidik jari serta kaitannya dengan potensi diri manusia sejalan dengan janji Al-Qur’an bahwa Allah akan menyingkap rahasia-rahasia yang terdapat pada alam dan diri manusia sendiri.
Namun demikian, sebagai sebuah produk ilmu, kebenaran dan akurasi Fingerprint Test/Tes Sidik Jari tidak boleh dipandang sebagai sebuah kebenaran yang mutlak melainkan sebagai hasil ilmiyah yang nisbi.
Semoga tulisan diatas dapat memberi pencerahan pada kita tentang bagaimana Hukum Fingerprint Test STIFIn Dalam Islam.
Penjelasan apakah STIFIn Tes Sidik Jari Halal atau Haram Di Sampaikan Oleh Dr. KH. Jeje Zaenudin – Ketua MUI