Keunggulan Konsep STIFIn

Keunggulan Konsep STIFIn

Sesungguhnya letak keunggulan Konsep STIFIn memang pada konsepnya yang simpel dan akurat, serta penggunaannya yang sangat aplikatif pada semua bidang, keilmuan ataupun keseharian. Sementara konsep yang lain belum mampu untuk sampai pada peringkat itu. Sebagai contoh, MBTI memiliki tiga kelemahan mendasar, yaitu :

  1. Pasangan kutub Perceiving dan Judging seharusnya tidak ada karena kedua sifat tersebut merupakan sifat semu sebagai irisan dua pasang kutub yang lain. Perceiving merupakan persamaan kutub sifat Sensing dan Intuition. Sedangkan Judging merupakan persamaan dua kutub sifat Thinking dan Feeling.
  2. Kedudukan sifat introvert dan extrovert tidak sepatutnya disejajarkan dengan fungsi dasar Sensing, Thinking, Intuition, dan Feeling karena introvert dan exstrovert sekadar merupakan drive belum sampai pada tahap berperan sebagai fungsi dasar.
  3. Tidak memasukkan Instinct sebagai sifat yang memiliki kesetaraan dengan empat fungsi dasar lainnya.

Kelemahan yang hampir serupa juga terjadi pada Teori 16 Temperamen Keirsey. Kerumitan menjadi 16 jenis temperamen menjauhi keperluan simplifikasi. Padahal teori temperamen itu asalnya mengkompilasi teori teori lama dari Hippocrates (yang membagi 4 sifat), Galenus (yang membagi 4 sifat), dan Kretschmer (yang juga membagi 4 sifat). Sementara Konsep STIFIn mempermudah menyepadankan teori teori lama tersebut dengan Konsep STIFIn itu sendiri.

Namun setelah Keirsey menyederhanakan kembali menjadi 4 temperamen dasar yaitu : Artisan, Guardian, Rational, dan Idealist kembali menjadi lebih mudah disepadankan dengan Konsep STIFIn. Berdasarkan Kiersey yang telah diintisarikan menjadi 4 temperamen dasar (dalam instrumen KTS; Kiersey Temperament Sorter) dikompilasi dengan Model Lima Faktor (FFM : Five Factor Model) dan NEO Personality Inventory Revised (NEO-PR-R) telah dibangun sebuah instrumen baru yang bernama Inventori Personaliti STIFIn.

Pembuktian Konsep STIFIn

Untuk membuktikan keshahihan dari Konsep STIFIn, skala inventori yang lebih terstruktur untuk pengujian validitas dan reliabilitas mulai disusun dan diuji cobakan sejak tahun 2011 oleh :

  • Profesor Dr. Mohammed Zin bin Nordin dari Universiti Sultan Idris Malaysia,
  • Dr. Wan Shahrazad Wan Sulaiman dan
  • Dr. Mohd Suhaimi Mohamad dari Universiti Kebangsaan Malaysia dan
  • Profesor Dr. Kumaidi dari Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Korelasi Antara Teori Lama

Keseluruhan hasil pergulatan pemikiran Farid Poniman pada dasarnya bertumpu pada kemampuannya menemukan korelasi antara teori teori Fungsi dasar kecerdasan tunggal Carl Gustav Jung yang statis dengan Teori belahan otak Ned Herrmann, Strata otak Triune Paul MacLean, Konsep teori medan yang konstruktif dinamis dan Neurosains. Yang kemudian ia kompilasikan menjadi teori Kepribadian STIFIn. Sedangkan teori teori yang lain merupakan rujukan ditahap pengembangannya. Dan ternyata, adanya puluhan teori teori lain itu menjadi semakin mengafirmasi kesimpelan dan keaplikatifan Konsep STIFIn.

Konsep STIFIn Telah Final

Beberapa alasan mengapa konsep ini telah dianggap final yaitu :

  1. Pembagian 5 Mesin Kecerdasan dan 9 Personaliti Genetik mencakup keseluruhan jenis kecerdasan dan kepribadian yang ada. Artinya menurut Konsep STIFIn tidak akan ada jenis kecerdasan keenam dan tidak akan ada personaliti genetik yang kesepuluh
  2. Pembagian tersebut telah mengkategorikan pembagian kecerdasan dan personaliti genetik secara telah (distinctive). Antara yang satu dengan yang lain baik definisi, batasan sifat sifat, dan ukuran ukuran psikometriknya dapat direntangkan secara jelas. Tidak ada wilayah abu-abu.
  3. Konsep STIFIn dapat menunjukkan lokasi organ fisik yang menjadi penggerak kecerdasan dan kepribadian setiap orang. Keunggulan Konsep STIFIn justru terletak pada kelogisannya dalam menjelaskan cara kerja setiap organ fisik yang menjadi instrumen sumber kecerdasan dan kepribadian.
Aplikasi Konsep STIFIn – Sangat Aplikatif

Konsep STIFIn kemudian akan terus berkembang tidak hanya untuk pengembangan profesi semata, namun sudah mengarah kepada seluruh elemen kehidupan individu baik dalam proses learning, profession, parenting, couple, politic, human resources, dan bidang bidang lainnya. Tema tema diatas bahkan sudah disiapkan modul modul training tematik ala STIFIn.

Konsep STIFIn bahkan dapat diaplikasikan untuk anak berkebutuhan khusus serta terapi masalah masalah kejiwaan dan kesehatan fisik. Juga dengan menggunakan Konsep STIFIn para dokter medis akan lebih mudah membuat diagnosa penyakit yang lebih tajam. Pendek kata, STIFIn sudah mulai diperkenalkan kepada publik Indonesia, bukan hanya terbatas kepada klien klien peserta training saja, tetapi aplikatif hampir pada semua bidang keilmuan.

Dengan mudah Farid Poniman menggambarkan bahwa Konsep STIFIn lebih aplikatif dari Konsep Multiple Intelligence (MI) cukup menggunakan metafora yang sederhana. Yaitu dalam keluarga, menurut Konsep STIFIn setiap orang memiliki seluruh otak namun hanya ada satu yang memimpin.”A specialist in the construction of the whole” kata Daoed Joesoef. Dalam keluarga terdapat bapak-ibu-anak. Jika sang bapak maju maka semua keluarga maju. Sehingga konsentrasi perhatian keluarga prioritaskan pada sang bapak. Jika sang bapak maju akan besar peluang semua anggota keluarga ikut maju.

Konsep kecerdasan tunggal yang dipakai STIFIn lebih aplikatif karena ternyata kecerdasan dominan (seperti sang bapak) mampu memiliki daya jalar yang lebih baik. Sementara kalau menurut Konsep MI investasi yang dimiliki keluarga disebar kepada semuanya sehingga postur investasi dalam keluar terpolarisasi. Ingat bahwa kecerdasan yang lemah (dimetaforkan ibu-anak) tidak memiliki daya jalar sebagaimana kecerdasan dominan (dimetaforkan bapak).

Karpet Merah

Pada akhirnya, fakta keseharian lebih mudah menggunakan pendekatan ala STIFIn, yaitu : Sistem Operasi dominan di syukuri dengan investasi yang besar, sedangkan kecerdasan yang bukan sistem operasi dibiarkan berkembang secara alamiah. Sebuah pertanyaan besar ketika Tuhan memberi resep untuk bersyukur dengan ilmu yang betul. Maka itu sama dengan menyuruh manusia untuk menemukan ‘karpet-merah’ nya dengan konsep yang jitu. Semua manusia dalam keadaan apapun memiliki jalan sukses sendiri sendiri semudah dan semeriah menjalani ‘karpet-merah’ nya. Itulah surga dunianya.

“Barang siapa tidak menemukan surga dunianya, maka ia tidak akan memasuki surga akhirat-Nya” kata Ibnu Taimiyah. Konsep STIFIn diniatkan sebagai amal kifayah untuk memudahkan manusia menemukan jalan SuksesMulianya. Sebagaimana seruan yang disebut beberapa kali dalam Al Qur’an… i’maluu ‘alaamakaanatikum… atau berbuatlah sesuai dengan keberadaan terbaikmu. Konsep STFIn diharapkan menjadi bagian dari pencerahan agar manusia mampu menjalani keberadaan terbaiknya. Siapa saja.

Solo 12 Juni 2012
Khotimatun Na’imah / Editor

Sumber : Buku STIFIn Personality Mengenal Kecerdasan dan Rumus Sukses

Baca Juga : Konsep STIFIn itu simple

Leave a Reply