Menghafal Al-Quran Tipe Thinking

Menghafal Al-Quran

Setelah dilakukan riset untuk sekian lama, kini konsep STIFIn sudah sangat kokoh. Kekuatan utamanya terletak pada konsep yang simpel, akurat, serta aplikatif.11 Jadi, konsep STIFIn memetakan dari 5 belahan otak manusia, 1 yang menjadi dominan. Menjadi pengendali manusia, pembentuk bakat alaminya. STIFIn adalah uraian dari sensing (disingkat S), thinking (disingkat T), intuiting (disingkat I), feeling (disingkat F), insting (disingkat In). Dalam konsep tersebut, Farid Poniman memetakan gaya belajar masing-masing Mesin Kecerdasan.

Gaya dan Cara Belajar Thinking

Thinking memiliki gaya belajar menghitung, kebiasaannya serius, kehebatan pada logika, fokus pada persahabatan, kunci suksesnya dengan menyusun prioritas, sumber kekuatannya tulang, fungsi tubuhnya cerebral, konstitusi tubuhnya piknis, DNAnya guanin, stimulus jenis darahnya A, kemistri dirinya besi sehingga cenderung ke tahta dengan peran sosial pada kekuasaan, tegas, dan mandiri.

Cara belajar terbaik thinking adalah dengan menggunakan kemampuan otak kirinya untuk menganalisa. Melakukan observasi terhadap sebuah proses kerja atau tugas, kemudian menemukan kelemahannya, memperbaiki dan melihat hasilnya. Diulangi terus hingga melihat hasil yang positif. Mempelajari buku manual, melihat dan menguasai struktur dan prosesnya. Menggunakan sebanyak mungkin data untuk menyempurnakan analisa.

Cara Menghafal Al-Quran Tipe Thinking

Cara menghafal al-Quran tipe thinking sebagaimana implementasi metode STIFIn Tahfidz dalam meningkatkan kualitas hafalan di Rumah Qur’an STIFIn lebih menekankan pada target yang ketat dan disiplin pada waktu yang diberikan dan dilakukan dengan:

1) Membagi satu halaman menjadi 3 bagian atau lima baris.

2) Menggunakan alat tulis untuk menandai setiap awal ayat dan akhir ayat.

3) Menggunakan lembar catatan untuk mencatat awal kata ayat dan nomor ayat.

4) Menentukan target waktu untuk menghafal dan membagi waktu 1 jam atau 60 menit menjadi 6 waktu (1 waktu = 10 menit)

5) Membagi 10 (sepuluh) menit pertama menjadi 2 (dua) bagian. Lima menit pertama untuk membaca lafal ayat secara keseluruhan (1 halaman). Kemudian lima menit kedua digunakan untuk membaca terjemahan ayat pada halaman yang selanjutnya diikuti dengan upaya memahami inti dari ayat tersebut.

6) 10 menit kedua santri melakukan proses penghubungan lafal ayat dengan terjemahannya.

7) 10 menit ketiga, mulai menghafalkan lima baris pertama dengan cara mengulang-ulang per baris atau satu baris yang dibagi dua (bagi yang mengalami kesulitan dalam menghafal), sampai lima baris pertama selesai. Hal tersebut dilakukan secara terus-menerus pada lima baris ke dua dan ke tiga.

8) 10 menit keempat, santri menghafalkan lima baris kedua.

9) 10 menit kelima, digunakan untuk menghafal lima baris terakhir.

10) 10 menit terakhir digunakan untuk menggabungkan hafalan dari lima baris pertama hingga akhir

11) Selanjutnya santri menghafalkan halaman kedua dengan cara menghafal halaman pertama.

12) Jika santri tipe thinking sudah mendapatkan 2 halaman, maka santri tersebut melafalkan 2 halaman tersebut tanpa melihat mushaf sampai lancar selama 30 menit kalau kurang boleh menambah waktu.

 

Baca Juga :

Di Share Oleh : Akmal Mundiri & Irma Zahra

Leave a Reply