STIFIn Brain Official
Cabang STIFIn No. 2 Terbaik
STIFIn Brain Official
Cabang STIFIn No. 2 Terbaik
Pak gimana ya mengatasi anak main gadget seharian? Sering banget pertanyaan model begini sampai ke WA saya. Awalnya saya bingung gak punya jawaban konkret, sampai suatu ketika, di istana kami yang megah, penuh halamannya dengan bunga-bunga yang indah, udara yang sejuk masuk ke jendela jendela istana yang besar, disertai matahari pagi yang konon katanya menyehatkan, apa lagi di era merebaknya virus corona, semua pada marok berjemur, yang tadi itu disebut menghayal, khasnya orang Intuiting.
Saya bertanya ke anak, aldi dan dafa kenapa sih suka nonton youtube dan main ipad ? si aldi diam, dafa pun terdiam. Tampak wajah mereka berubah, nadanya rendah, menundukkan kepala tak berani menatap saya. Karena gak ada respon setelah beberapa saat, saya tanya kembali. Gak lama, lirih pelan suaranya aldi keluar, sambil nangis suara belum keluar tapi air matanya udah keluar duluan, dia berkata “habis ayah gak mau main sama kami, jadi kami mau ngapain”. Dan disetujui dengan adiknya dafa, “ia ayah selalu Tes STIFIn di depan, gak mau main sama kami” (ruang kerja saya ada di ruko depan).
Saat itu saya tersentak dan sadar, ia juga ya, anak-anak kita main gadget karena mereka tidak tahu mau main dengan siapa, karena kita juga lagi melockdown dia dirumah, kita batasi dia bergaul diluar rumah, takut ada maling anak, takut kena virus, takut ini itu. Usia dari lahir sampai baligh yang dia butuhkan kita orang tuanya selalu disisinya. Inilah mengapa Ayah Farid Poniman lebih menyarankan untuk anak tidak Boarding School di bawah usia 13 tahun. Karena anak lebih butuh dimasukkan Nilai Nilai Kebaikan dari orang tua dahulu, barulah pendidikan dari orang lain.
Sejak kejadian itu, hari itu saya gak larang lagi mereka nonton, karena saya sadar saya gak punya waktu menemani, sok sibuk yang gak penting, atau malah sibuk dengan gadget sendiri. Bisa jadi pasangan kita pun sibuk dengan gadgetnya karena kita tidak bisa menjadi teman yang asik buat dia ajak ngobrol. Karena kita juga sibuk dengan dunia kita sendiri. Maka gadget lah menjadi pelariannya. Saya sendiri dapat sindiran dari istri, kalau dia istri kedua, istri pertama saya Lenovo. Karena mereka diposisi anak, sehingga dia gak berani dan gak bisa protes. Coba kalo mereka berani protes “Mama Papa kenapa sih kerja aja, main gadget aja” Sama seperti kita protesnya “kenapa sih kamu main gadget aja”
Bercermin dari pengalaman itu, melahirkan suluk saya sama Allah sehingga terciptalah rintihan berikut “Ya Allah aku lalai dari menemani anakku bermain, padahal kami membutuhkan itu sebagai pengikat Bathin antara anak dan ayah. Maka gadgetlah jadi pelariannya. Terimalah tobat ku ya Allah atas kelalaianku, atas ketidak bisaanku menemani hari-harinya. Ampuni aku ya Allah. Engkau yang Maha Melihat, Engkau yang menguasai dirinya, hati dan penglihatannya, maka bimbinglah ia selalu kepada hal-hal yang Engkau ridhoi. Bimbinglah matanya melihat hal hal yang Engkau ridhoi saja. Gerakkan hatinya untuk hanya melihat hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya dan agama Islam. Engkau titipkan dia padaku, kalau bukan kepadamu aku meminta bantuan, lalu kepada siapa lagi ya Allah. Aamiin.”
Karena yang kita takutkan dari dia main gadget adalah ‘melihat sesuatu yang tidak baik’ bukan main gadgetnya, karena gadget itu baik. Seperti bunyi iklan “berani kotor itu baik, yang kita gak inginkan, bajunya kotor” solusinya ada Rin…. Bagi anak otak atas, Intuiting dan Thinking, gadget, teknologi adalah media paling baik untuk dia mengeksplorasi ilmu dan pemahaman. So, gimana donk, mengatasi anak main gadget saat lockdown begini ?
Baca Juga : Menciptakan Suasana Kekeluargaan
Gadget tidak bisa dihilangkan dari anak kita. Mengatasi anak main gadget, bukan menghilangkan gadget, justru kita Monetisasi Gadget itu agar menjadi hal yang bermanfaat. Anak kami Feeling extrovert dan Intuiting introvert, usia kisaran 6 dan 7 tahun, lagi marok-maroknya ingin di AKUI HEBAT, merasa badannya udah lebih besar, karena ada pembanding 2 adiknya usia 2,5 tahun dan 3 bln. Jadi saya coba masuk dari situ pendekatannya.
Ayah gak larang aldi dafa main ipad, nonton youtube. Cuma yang ayah liat sama bunda, kalau aldi sama dafa udah asik di depan youtube, kayak orang bodoh, kayak orang oon, lupa segala-galanya, gak jadi anak pintar lagi. Kan nonton youtube biar bisa jadi pintar. Apa buktinya, ayah atau bunda panggil, gak ada yang nyahut, karena suara youtubenya keras, jadi aldi dafa gak dengarkan?. Padahal kalo lagi gak nonton, cepat nyahutnya.. ya kaan aldi? (dalam hati, padahal gak juga, cuma itu pujian yang kita tujukan ke anak Feeling extrovert, karena extrovert puji kebaikannya, karena Feeling sebut namanya jika itu nilai kebaikan).
Trus, kalau udah nonton youtube, tiba-tiba jadi anak malas, makan minta di ambilin sama nenek, padahal udah besar, udah pandai makan ambil sendiri, udah bisa makan sendiri, kenapa gara-gara nonton youtube jadi gak pandai lagi ambil makan sendiri? jadi minta di suapin sama nenek, kayak adek dahlan aja, yang masih kecil minta disuapin, apa aldi dan dafa mauuu jadi anak kecil lagi?. Terus, kalau ayah bunda ajak sholat, gak mau gara-gara youtube. Gimana kalau youtubenya ayah simpan aja, matiin gak usah lagi ada youtube dirumah kita, gimana? (nada ancaman, dalam bentuk sindirian, tidak sebut nama, di tujukan ke dafa yang Intuiting introvet), sadar si dafa yang Ii terancam, gak bisa nonton, dia langsung bersuara, “gaaak ayaah, 3x”. Keliatan kan beda drive beda responnya, si abang extrovert gak respon di ancam. Tapi, melihat adeknya nangis, si abang yang Feeling extrovert terstimulus dari luar, di stimulus oleh orang yaitu adeknya, jadi baper, ikutan nangis. “Dalam hati saya, Yeeesss, alhamdulillah, keduanya masuk perangkap”.
Kedua anak sama-sama kanan, jadi pendekatannya dengan ngobrol dan sindirian, bukan perintah, nada tekanan dan aturan tertulis, layaknya anak Sensing atau Thinking. Karena saya tipe Kanan juga, Intuiting jadi lebih mudah. Belum tentu ini mudah bagi orang tua yang bukan Intuiting. Makanya, saya ucapkan “selamat stress lah ngurus anak, kalau gak tau Tipe Genetiknya Anak anda dan Genetiknya Anda sendiri sebagai orang tua”.
Aldi dafa silahkan nonton youtube setiap hari, bebas, ayah gak larang, karena ayah sadar dan minta maaf gak bisa menemani aldi dafa seharian juga. Tapi, kalau udah nonton youtube, janganlah jadi bodoh yaaa… Bisa kan ? Bisaaa.. masih dengan nada lirih, menangis. Jawab mereka berdua, yuk lah tos kalo bisa.
Sejak, itu. Sekarang klo udah waktu makan, cuma bilang, ayo anak pintar ayah udah makan. Ayo anak pintar udah sholat. Alhamdulillah lah.. bekerja. Mudah-mudahan permanen. Hahahaha.
Gunakan bahasa otak Kanan, BEBAS TANPA ATURAN, TAPI BERSYARAT.
Jika drive anak anda introvert, gadget bisa dijadikan reward dengan pendekatan ancaman. Misal, gak bisa main gadget, kalau hapalan ayat belum beres. Gak boleh main gadget kalau bangun kesiangan, dan tidak sholat serta mandi. Tapi benar-benar dijalankan ancamannya. Ketika tidak dijalankan, tidak akan pernah bisa bekerja lagi ancaman anda. Itu mengapa ada anak introvert yang gak bisa lagi diancam, karena orang tuanya gak menjalankan ancamannya. Salah sendiri, bukan Konsep STIFInnya yang salah.
Kalau orang tua ingin mengatasi anak main gadget, maka kreatiflah mengajak anak bermain, luangkan waktu berkualitas untuk mereka, bermainlah bersama mereka. Karena gak ada yang bisa di ajak main, makanya gadget jadi pelarian mereka. Disitulah letak inti masalah anak main gadget. Coba kalo orang tua bisa nemani main banyak hal. Coba kalo orang tua gak kerja seharian, main sama anak. Apa sanggup? apa bisa ?. Nah, kalau gak sanggup, ya jangan nuntut, jangan pula ngotot. Jadikan selalu penyadar diri ketika lihat anak main gadget. Agar Allah ikut turut membimbing anak kita dengan doa yang telah di panjatkan tadi. Gak usah sok sempurna, ingin anak tidak main gadget. Kalau gak punya waktu yang sempurna berkualitas menemaninya seharian.
Semoga bermanfaat. Mohon maaf kalo agak “pedes” tapi itulah style saya
By. Ferri Azwar – Monetisasi Genetik