STIFIn Brain Official
Cabang STIFIn No. 2 Terbaik
STIFIn Brain Official
Cabang STIFIn No. 2 Terbaik
3 Pendekatan Tes Kepribadian ini akan menjelaskan tentang kedudukan STIFIn sebagai alat Tes Kepribadian. Seringkali pertanyaan hadir dalam setiap sesi workshop yang saya menjadi Learning Facilitatornya terkait bagaimana kedudukan STIFIn terhadap alat tes kepribadian lain yang banyak beredar di masyarakat Indonesia dan Dunia.
Pertama, yang harus saya sampaikan adalah mengapresiasi setinggi tingginya alat tes apapun yang sudah di publish di masyarakat indonesia maupun di dunia yang telah melewati uji proses dan riset yang kemudian telah membantu banyak dalam pengembangan diri manusia.
Kedua, saya juga menghaturkan rasa hormat saya kepada seluruh profesi baik psikolog, konselor, psikiatri dan profesi2 lainnya yang telah menggunakan alat tes apapun untuk membantu mengupgrade kualitas hidup setiap individu di Indonesia dan Dunia. Untuk Anda semua saya menaruh rasa hormat saya.
Izinkan saya dan keluarga besar STIFIn memperkenalkan sebuah konsep pengembangan Sumber Daya Manusia dari sebuah metodologi tes biometrik yang kami patenkan dengan Tes Genetic Personality STIFIn yang juga merupakan asli karya ANAK BANGSA yakni Pak Farid Poniman. Namun sebelum itu, agar dudukannya jelas, saya akan menerangkan setidaknya ada 3 pendekatan dalam tes kepribadian yang biasa dilakukan oleh banyak profesi terlisensi dalam melakukan assessment pada setiap individu.
Pendekatan 1, saya menyebutnya dengan pendekatan Tes Kepribadian Psikometrik, yakni sebuah pendekatan tes bakat atau potensi, dan lain sebagainya dengan menggunakan media isian berupa sejumlah pertanyaan yang mendekati keadaan individu yang melakukannya, tes jenis ini biasa digunakan dalam tes IQ, DISC, MBTI, Personality Plus, Talent Mapping, dan sebagainya.
Pendekatan 2, saya menyebutnya dengan pendekatan Observasi dan Diagnosa, yakni sebuah pendekatan tes bakat atau potensi, dan lain sebagainya dengan menggunakan memberikan pertanyaan atau observasi keadaan individu, tes jenis ini sejauh yang saya ketahui dilakukan oleh para psikiatri atau juga digunakan oleh Froggy di BSD dalam melihat kecenderungan Multiple Intelligence yang dipadukan dengan pendekatan 1, atau juga untuk rekan rekan grapholog yang mengobservasi dari tulisan tangan, dan sebagainya.
Pendekatan 3, saya menyebutnya dengan pendekatan Tes Kepribadian Biometrik, yakni sebuah pendekatan tes menggunakan salah satu anggota tubuh yang dapat di algoritmakan dan kemudian melihat kecenderungan karakter atau potensinya. Bagian-bagian yang dapat diakses adalah melalui retina mata, finger print, maupun DNA Manusia. Untuk pendekatan jenis ketiga ini STIFIn hadir menggunakan fingerprint, tapi memang harus diingat tidak semua fingerprint adalah STIFIn. Letak perbedaannya adalah pada algoritmanya yang berbeda dan pada proses hasilnya, karena yang satu mengakses Fenotipe, dan STIFIn hanya mengakses Genotipe, lalu kemudian disarankan untuk menghadirkan lingkungan yang tepat agar individu tersebut terasah potensinya menjadi paripurna.
Awal sejarah lahirnya STIFIn sebagai alat Tes Kepribadian hadir melalui sebuah buku fenomenal dan best seller yakni KUBIK Leadership, tes STIFIn masih berupa Psikometrik, lalu kemudian di Era-20an, tes STIFIn bertransformasi menjadi Finger Print sebagai media assessmentnya. Tidak mudah memang bagi kami menjalankan tes dengan format baru ini, ditengah gempuran menyangsikan alat tes finger print yang dapat melihat bakat dan potensi, tuduhan tipu tipu bahkan kesesatan. Alhamdulillah, STIFIn dapat diterima di semua kalangan bahkan saya pribadi dapat mengklaim tingkat keakurasiannya melalui tes manusia beda negara dengan hasil yang significant, artinya orang bertipe thinking di Indonesia sama hasilnya dengan orang bertipe Thinking di Singapore (kebetulan salah satu tim saya di kantor Singapore tipenya Thinking) dan orang bertipe Feeling di Indonesia dengan orang bertipe Feeling asli Eropa sama juga karakternya.
Memang sekali lagi STIFIn adalah produk manusia, yang bisa saja memiliki cacat. Namun sejauh ini, saya sudah merasakan manfaatnya bahkan bagi saya yang bertipe Thinking yang sangat terang terangan menolak STIFIn di awal-awal, dan ‘cara berfikir dosen‘ saya yang ilmiah dan harus diuji cobakan dalam riset, membuat saya pada akhirnya menerima STIFIn sebagai salah satu wasilah yang bisa digunakan untuk membantu banyak orang di muka bumi ini. Disamping itu secara pribadi, saya sangat menghargai bagaimana STIFIn ditemukan sebagai Hulu-nya Ilmu oleh penemunya yang seorang muslim dan berdedikasi akan keilmuan dan keimanannya, itu yang membuat saya bertahan dan semoga Allah menjaga konsep STIFIn ini dalam kebermanfaatannya pada umat lintas budaya, suku, agama, ras dan negara.
Sekali lagi STIFIn bukan ramalan yang biasa dituduhkan, atau bahkan sesuatu yang statis yang membuat pada akhirnya manusia terkotak-kotakkan dan tidak dapat berkembang. Paradigma STIFIn dengan algoritmanya memberikan informasi genetik akan potensi atau bahkan modal karakter dan juga rute genetika kesuksesan yang bisa kita gunakan. Tidak ada paksaan untuk mengikutinya jika memang kita tidak mau menggunakannya.
Bahkan saya pribadi mempersilahkan untuk melakukan tes-tes dengan pendekatan alat tes kepribadian yang lain jika memang dapat untuk menambah khazanah keilmuan dan profiling untuk pribadi kita. Sekali lagi semua berpulang kepada kita semua, mau gunakan pendekatan yang mana, karena mengutamakan cara tapi jalan atau rutenya belum jelas akan membuat kehabisan sumber daya dan bisa saja menjadi stupid cost. Untuk STIFIn sendiri kedepannya, InsyaAllah kami sedang melakukan uji dengan Retina Mata dan juga DNA. Semoga Allah mudahkan niat baik ini. Aamiin
Tulisan STIFIn sebagai alat Tes Kepribadian Oleh : Almarhum Solver Agung