Pandemi telah berlalu pergi. Kepergiannya meninggalkan keterpurukan pada diri. Ada 2 kelompok orang yang merespon keterpurukan yang terjadi dalam hidupnya.
1. Kelompok pertama yang merasa ini sebagai ujian kenaikan "kelas hidup". Mereka sikapi dengan mendekat kepadaNya dan banyak beribadah, banyak istighfar.
2. Kelompok kedua, kumpulan penggerutu dan pengeluh, menyalahkan keadaaan. Mereka akan terjerembab dalam kesusahan yang tiada ujung. Dan akhirnya akan berputus asa dari rahmatNya.
Pada genetik seseorang sudah tertanam DNA STIFIn untuk dia bisa bangkit dari keterpurukannya. Kata kunci untuk bangkit dari keterpurukan adalah mengikuti petunjuk TuhanNya dan DNA STIFIn yang ada pada dirinya.
Setiap orang telah punya DNA STIFIn masing masing. Kebanyakan orang saat terpuruk mencoba bangkit dengan mengikuti cara suksesnya orang lain. Yang tidak sesuai dengan DNA STIFIn yang telah ada pada dirinya. Sehingga makin membuat dia terpuruk. Akhirnya menjadi rendah diri. Karena sudah merasa "kerja keras" tanpa ada hasil.